JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Inflasi Indonesia pada September 2023, secara bulanan (month-to-month/mtm) sebesar sebesar 0,19%. Sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 2,28%. Menurut Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, inflasi September mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya.
"Namun (angka inflasi) lebih rendah dibandingkan bulan yang sama di tahun lalu. Terjadi peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 112,87 pada September 2022 menjadi 115,44 pada September 2023," tuturnya dalam konferensi pers di kantornya di Jakarta Pusat, Senin (2/10) seperti dikutip dari cnnindonesia.com.
Amalia melanjutkan, komoditas penyumbang inflasi secara bulanan yang terbesar adalah beras, dengan andil inflasi sebesar 0,18 persen dan bensin dengan andil 0,6 persen. Hal tersebut sejalan dengan adanya penyesuaian BBM nonsubsidi, yakni Pertamax. Selain itu, ada juga sumbangsih 0,01 persen dari beberapa komoditas lain, seperti tarif pulsa ponsel; biaya kuliah atau akademik; rokok kretek filter; hingga daging sapi.
Di sisi lain, telur ayam ras, bawang merah, cabai rawit, bawang putih memberikan andil deflasi. Kemudian, tarif angkutan udara juga memberikan andil deflasi terhadap akibat low season pada bulan September.
Dikutip cnbcindonesia.com, Amalia mengungkapkan penyebab inflasi tahunan adalah kelompok makanan dan minuman serta tembakau dengan beras sebagai pemicu utama. Beras tercatat mengalami inflasi dengan andil 0,55%, rokok kretek filter dengan andil 0,19% dan bawang putih 0,08% serta rokok putih 0,07%.
"Beberapa komoditas lainnya yang menjadi penyumbang terbesar inflasi September 2023 adalah biaya kontrak rumah 0,1%, emas perhiasan 0,08%," ujarnya.(KEN)
