Subsisid BBM 2022 Terancam Membengkak
Thursday, 11 August 2022
JAKARTA. Pemerintah memperkirakan anggaran subsidi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun 2022 akan membengkak, menjadi Rp 502 triliun dari sebelumnya hanya sebesar Rp 152,1 triliun, untuk berbagai jenis BBM seperti pertalite dan solar.
Kenaikan itu terjadi karena menipisnya kuota BBM dan di sisi lain konsumsi masyarakat juga meningkat. Mengutip Kontan.co.id, awalnya, pemerintah mengasumsikan konsumsi BBM hanya 23 juta kilo liter, namun kini naik menjadi 28 juta kilo liter.
Baca Juga: Invasi Rusia, Inflasi, dan Simalakama Booming Harga Minyak
Sementara mengutip CNBCIndonesia.com, jika konsumsi tidak dikendalikan kuota BBM jenis pertalite diperkirakan akan habis pada bulan Oktober atau November 2022.
Menurut data Pertamina, jumlah kuota pertalite hingga Juli 2022 hanya tersisa 6,2 juta kilo liter. Sementara BBM jenis tertentu seperti solar subsidi tersisa 5,1 juta kilo liter.
Terguncang Harga Minyak
Selain itu, pembengkakan subsidi juga terjadi karena meningkatnya harga minyak mentah, yang di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diasumsikan sebesar US$ 100 per barel.
Dalam perkembangannya harga minyak mentah asumsinya naik menjadi US$ 120 per barel. "Itu akan menjadi tekanan, kata Sri Mulyani.
Sehingga, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menyarankan kepada PT Pertamina untuk mengendalikan volume konsumsi. Karena jika dibiarkan, maka APBN 2022 akan terdampak.
Terkait hal itu, Sri Mulyani mengaku pihaknya tengah berkoordinasi dengan Pertamina dan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) Erick Thohir.
Salah satu solusi yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan konsumsi adalah dengan menggunakan aplikasi MyPertamina.
Dengan adanya aplikasi tersebut, Pertamina bisa menjaring kendaraan sesuai dengan spesifikasi kendaraan yang berhak mengonsumsi BBM dan pertalite. (ASP)