JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, realisasi penerimaan pajak hingga akhir Juni 2023 atau sepanjang semester I 2023 mencapai Rp 970,20 triliun.
Dengan realisasi sebesar itu, artinya penerimaan pajak hanya tumbuh 9,9% dibanding periode yang sama tahun 2022. Dengan demikian ini pertama kalinya pertumbuhan pajak di tahun ini berada di level single digit.
Angka pertumbuhan itu juga setara dengan 56,47% terhadap target yang dipatok di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023.
Dengan tingkat pertumbuhan sebesar 9,9% artinya realisasi penerimaan pajak masih berada di dalam tren normalisasi atau penurunan.
Sebab jika kita lihat sepanjang Januari-Juni 2023, tingkat pertumbuhan penerimaan pajak berturut-turut sebesar 46,7%, 40,4%,34,0%, 21,2%, 17,6% dan 9,9%.
Menurut Sri Mulyani penurunan itu disebabkan oleh dua hal. Pertama, ada beberapa kebijakan yang hanya berlaku di tahun 2022, sehingga tidak berdampak pada penerimaan pajak di tahun 2023.
Salah satunya adalah Program Pengungkapan Sukarela (PPS) yang turut menyumbang penerimaan pajak hanya pada tahun 2023, karena hanya berlaku di tahun tersebut.
Selain itu, penurunan harga komoditas juga berdampak pada kontraksi yang terjadi di Pajak Penghasilan Migas sebesar -2,86% dan PPh Pasal 22 Impor dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor sebesar -2,4% dan -0,4%.
Adapun secara rinci, realisasi penerimaan pajak pada semester I 2023 terdiri atas, penerimaan PPH Non Migas sebesar Rp 565,01 triliun atau tumbuh 7,85%, PPN dan PPnBM sebesar Rp 356,77 triliun atau tumbuh 14,63%.
Kemudian, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Pajak lainnya sebesar Rp 7,5 triliun atau naik 54,41% kemudian PPh Migas terkontraksi sebesar 3,86% menjadi Rp 40,93 triliun. (ASP)
