Neraca Dagang Februari 2023 Lanjutkan Tren Surplus
Thursday, 16 March 2023
JAKARTA. Setelah berturut-turut mengalami surplus, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan kinerja positif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, surplus mencapai sebesar US$5,48 miliar pada bulan Februari 2023. Capaian surplus ini meningkat dibanding bulan Januari 2023, yang tercatat sebesar US$ 3,87 miliar.
Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) M. Habibullah mengungkapkan, kinerja positif neraca dagang ini melanjutkan tren surplus yang sudah berlangsung selama 34 berturut-turut sejak Mei 2020. Pihaknya pun optimis tren positif ini akan terus berlanjut. "Bahkan, (neraca dagang) masih dalam tren yang meningkat," ungkap Habibullah, Rabu (15/3) seperti dikutip dari Kontan.co.id.
Habibullah melanjutkan, surplus perdagangan Indonesia ini dipicu oleh nilai ekspor sebesar US$ 21,40 yang lebih tinggi dari nilai impor yang hanya sebesar US$ 15,92 miliar. Dilihat dari neraca perdagangan komoditas, neraca perdagangan non migas mengalami surplus, sementara neraca perdagangan migas masih defisit.
Neraca perdagangan non migas mencatat surplus sebesar US$ 6,70 miliar. Hal ini didorong oleh kinerja bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan (nabati), serta besi dan baja. Sementara, neraca perdagangan migas mengalami defisit US$ 1,22 miliar. Komoditas penyumbang defisit yaitu komoditas minyak mentah dan hasil minyak.
Dikutip dari antaranews.com, tiga negara penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat, India dan Tiongkok. Amerika Serikat menyumbang sebesar US$
1,32 miliar dengan komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, pakaian dan aksesorisnya bukan rajutan dan pakaian dan aksesorisnya rajutan.
Sementara India berkontribusi US$ 1,081 miliar dengan komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati serta bijih logam, terak dan abu. Dari Tiongkok menyumbang sebesar US$ 999,8 juta dengan besi dan baja, bahan bakar mineral dan lemak dan minyak hewan/nabati. Sementara tiga negara penyumbang defisit terdalam adalah Australia sebesar US$ 400,4 juta, Thailand US$ 342,1 juta dan Brasil US$ 158,8 juta. (KEN)