JAKARTA. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengaku terus memonitor perkembangan harga komoditas, karena dampaknya yang sangat besar terhadap penerimaan pajak.
Hingga akhir Agustus 2022, realisasi penerimaan pajak dari sektor pertambangan mengalami pertumbuhan sebesar 233,8% secara year on year.
Tingkat pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya. DJP menilai hal itu terjadi karena tren harga komoditas yang sedang naik, khususnya komoditas pertambangan.
"Harga komoditas itu terbentuk dari kegiatan ekonomi yang internasional based," ujar Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo, Rabu (5/10) di Jakarta.
Adapun kontribusi yang diberikan sektor komoditas adalah sebesar 8,9% dari total penerimaan pajak yang dikumpulkan hingga 30 Agustus 2022 yaitu Rp 1.171,8 triliun.
Secar rinci, penerimaan pajak sektor pertambangan terdiri dari pertambangan batu bara dan lignit, pertambangan bijih logam, jasa pertambangan, pertambangan migas dan panas bumi serta pertambangan lainnya (lihat tabel).
Tidak Hanya Sektor Pertambangan
Meski demikian, Suryo juga mengungkapkan, kenaikan harga komoditas juga turut berdampak pada penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) wajib pajak (WP) badan.
Hingga akhir Agustus 2022 realisasi penerimaan PPh badan tercatat naik 131,5% dari periode yang sama tahun lalu, dengan kontribusi mencapai 21,7% dari total penerimaan.
Secara umum, kontribusi penerimaan pajak terbesar berasal dari sektor manufaktur yaitu sebesar 29,7% dari total penerimaan. Setelah itu sektor perdagangan yang tumbuh sebesar 66,3% dengan kontribusi 23,7%.
Sementara itu, pemberi kontribusi terbesar ketiga adalah sektor jasa keuangan dan asuransi dengan andil sebesar 10,9%. (ASP)
