JAKARTA. Indonesia selamat dari ancaman resesi, setelah Badan Pusat Statistik merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II 2022 sebesar 5,44% year on year (yoy).
Sebelumnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat mengalami pelambatan, setelah pada kuartal I hanya tumbuh 5,01% lebih rendah dari pertumbuhan di kuartal IV 2021 yang sebesar 5,02%.
BPS menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. Hal ini menunjukan pemulihan ekonomi yang berlangsung sejak kuartal II 2021 terus berlanjut.
Kinerja positifi ini didukung oleh beberapa faktor, pertama adanya momen hari raya idul fitri yang mampu mendorong konsumsi rumah tangga. Kedua, pemberian bantuan sosial dari pemerintah dinilai mampu menjaga daya beli kelompok masyarakat bawah.
Disamping itu BPS juga melihat kenaikan harga komoditas turut mendorong aktifitas ekspor Indonesia. Meski sempat tertahan saat pemberlakuan restriksi ekspor CPO dan turunannya.
Berdasarkan faktor-faktor itu, hampir semua komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan kecuali konsumsi pemerintah, yang terkontraksi 5,24%.
Adapun konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,51%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 3,07%, ekspor tumbuh 19,74%, konsumsi LNPRT tumbuh 5,04% dan impor tumbuh 12,34%.
Secara rinci BPS mencatat pertumbuhan hampir terjadi di seluruh lapangan usaha, kecuali sektor administrasi pemerintahan dan jasa pendidikan yang tercatat kontraksi.
Adapun beberapa lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah sektor transportasi dan pergudangan serta akomodasi dan makanan minum. Hal ini dikarenakan faktor perayaan idul fitri dan pelonggaran syarat perjalanan.
Sebaliknya, kinerja sektor industri utama seperti industri, pertambangan, pertanian, perdagangan dan konstruksi mengalami pertumbuhan yang moderat. (ASP)