Indonesia Sulit Berkelit Dari Resesi
Monday, 28 September 2020
JAKARTA. Indonesia sulit berkelit dari ancaman resesi ekonomi, setelah pada kuartal pertama pertumbuhan Produk Dometik Bruto (PDB) terkoreksi sebesar 5,32% dan pada kuartal tiga pemerintah memprediksi kembali tumbuh antara -1,7% hingga -0,6%.
Adapun ekonomi suatu negara ada di dalam kondisi resesi apabila dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif. Melihat kondisi itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menilai sebetulnya Indonesia saat ini sudah masuk ke dalam fase resesi.
Menurutnya, tanda-tanda resesi sudah mulai terlihat sejak triwulan pertama, bukan triwulan kedua. Saat itu, pertumbuhan PDB nasional sudah mulai melambat, dari prediksi akan di atas 5%, realisasinya hanya 2,7%. Kondisi kemudian semakin buruk pada kuartal dua karena dampak dari pendemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Baca Juga: Pandemi, Resesi dan Nasib Pajak Tahun Ini
Meski demikian, pemerintah melihat kondisi perekonomian di kuartal tiga menunjukan perbaikan. Tren ini diharapkan dapat berlanjut pada triwulan empat, sehingga secara kumulatif pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 bisa terjaga.
Meski sulit menghindari resesi, pemerintah melihat kondisi ekonomi Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan kondisi beberapa negara ASEAN, seperti India yang terkoreksi 24%, Thailand tumbuh -12,2% atau Filipina tumbuh -16,5%.
Febrio menambahkan, berdasarkan pantauannya dari 180 negara di dunia, 92% diantaranya dipastikan mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2020 dan akan mengalami krisis. Artinya kondisi serupa tidak hanya dialami Indonesia tetapi merupakan tren global.
Pemerintah berharap ekonomi nasional bisa kembali pulih pada tahun 2021, yang menurut pemerintah diprediksi akan tumbuh antara 4,5%-5,5%. (asp)