JAKARTA. Realisasi penerimaan pajak Indonesia hingga akhir Mei 2024 tercatat sebesar Rp 760,38 triliun, atau baru mencapai 38,23% dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.
Sebagai gambaran, pada periode yang sama dalam dua tahun terakhir, yaitu tahun 2023 dan 2022 capaian penerimaannya masing-masing 48,33% dan 47,51% dari target. Sebagai informasi di kedua tahun tersebut penerimaan pajak hingga akhir tahun sebesar 102,80% dan 115,61% dari target.
Secara perincian, penerimaan pajak per Mei 2024 terdiri dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Non Migas sebesar Rp 443,72 triliun atau 41,73% dari target. Kemudian, penerimaan PPh Migas sebesar Rp 29,31 triliun atau 38,38% dari target.
Selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM) tercatat sebesar Rp 282,34 triliun atau 34,80% dari target. Terakhir, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Pajak Lainnya sebesar Rp 5 triliun atau 13,26% dari target.
Dampak Harga Komoditas
Menurut pemerintah, kinerja penerimaan PPh Non Migas dipengaruhi oleh dampak pelemahan harga komoditas yang terjadi di tahun lalu. Sehingga profit korporasi, terutama di sektor-sektor terkait komoditas, mengalami penurunan.
Sehingga, tidak hanya capaiannya yang masih rendah pertumbuhan penerimaan PPh Non Migas juga mengalami kontraksi. Sementara penerimaan PPN dan PPnBM dipengaruhi oleh kinerja ekonomi yang menurut pemerintah ada dalam tren baik.
Kemudian jika diperinci lagi, beberapa jenis pajak juga mengalami kontraksi. Seperti PPh Badan yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 35,7%, PPN Dalam Negeri kontraksi 9,1% dan PPN Impor kontraksi 0,1%.
Turunnya penerimaan PPN Dalam Negeri dinilai terjadi karena meningkatnya restitusi di industri pengolahan, perdagangan dan pertambangan. (ASP)
