JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan realisasi penerimaan pajak sepanjang Januari-Agustus 2023 tercatat sebesar Rp 1.246,97 triliun atau 72% dari target yang dipatok.
Sementara jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2022 atau secara year on year (yoy), realisasi ini tumbuh 6,4%.
Penerimaan pajak tersebut terdiri dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Nonmigas sebesar Rp 708,23 triliun atau 81,07% dari target dan naik 7,06% secara yoy.
Kemudian, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) tercatat sebesar Rp 447,58 triliun atau 64,28% dari target dan tumbuh 8,14% yoy.
Berbeda halnya dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) beserta pajak lainnya dan PPh Migas yang justru mengalami kontraksi masing-masing 29,10% dan 80,59% yoy.
Pertumbuhan Melambat
Menurut Sri Mulyani dalam paparannya, secara keseluruhan kinerja penerimaan pajak hingga Agustus 2023 mengalami pelambatan. Hal ini disebabkan penurunan harga komoditas yang signifikan, penurunan nilai impor dan serta tidak adanya program pengungkapan sukarela seperti halnya tahun lalu.
Dengan demikian, ke depan tren penerimaan pajak akan mengikuti fluktuasi variabel ekonomi makro. Terutama, harga komoditas, konsumsi dalam negeri, belanja pemerintah, aktivitas impor dan variabel lainnya.
Jika dilihat dari jenis pajaknya, tampak penurunan terjadi pada jenis pajak yang yang terkait dengan kegiatan impor seperti PPh impor yang terkontraksi 6% dan PPN Impor yang tumbuh minus 4,7%.
Sementara jenis pajak lainnya seperti PPh Pasal 21, PPh Orang Pribadi, PPh Badan PPH Pasal 26 dan PPN dalam Negeri masih mencatatkan pertumbuhan positif, masing-masing sebesar 17,4%, 2,2%, 23,2%, 25,3% dan 15,5%.
Kinerja Sektoral
Kemudian, hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan yang positif. Adapun sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu pertambangan dengan kontribusi sebesar 11,2% mencatat pertumbuhan 42,1%.
Sementara sektor pengolahan yang memiliki kontribusi terbesar yaitu 27,5% hanya tumbuh 4,7% secara kumulatif dan sektor perdagangan dengan kontribusi 23,6% hanya tumbuh 4,3% secara kumulatif. (ASP)