Terendah Sejak 1999, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II Minus 5,32%
Wednesday, 05 August 2020
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dihitung berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2002 tercatat minus 5,32% secara year on year.
Angka pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan terendah sejak kuartal I 1999, yang saat itu tercatat mengalami kontraksi sebesar 6,13%. Sementara pada kuartal I 2020, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh positif 2,97% year on year.
Angka realisasi ini jauh lebih buruk dari perkiraan pemerintah, yang memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II akan berada di level -3,1%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kontraksi yang terjadi pada kuartal II 2020 ini merupakan dampak dari pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). "Pandemi Covid-19 telah menimbulkan efek domino dari permasalahan kesehatan ke masalah sosial dan masalah ekonomi, dan dampaknya menghantam semua lapisan masyarakat mulai dari UMKM, rumah tangga, maupun korporasi," ujar Suhariyanto, Rabu (5/8) di Jakarta.
Kontraksi pada kuartal II 2020 terjadi di hampir semua lapangan usaha. Dari 17 sektor usaha yang ada, hanya ada tujuh sektor yang masih tumbuh meskipun melambat kecuali sektor informasi dan komunikasi yang pertumbuhannya lebih baik.
Tingkat kontraksi terbesar dialami sektor transportasi dan pergudangan sebesar 30,84% serta penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 22,02%. Adapun industri pengolahan yang memiliki andil terbesar dalam perekonomian mengalami kontraksi sebesar 6,19%.
Sementara itu, hampir semua komponen PDB juga terlihat mengalami kontraksi. Konsumsi rumah tangga yang memberi andil terbesar mengalami kontraksi sebesar 5,51%, pengeluaran lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) terkontraksi 7,76%, konsumsi pemerintah terkontraksi 6,90%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi terkontraksi 8,61%, ekspor terkontraksi 11,66% dan impor mengalami kontraksi 16,96% (lihat tabel).
Komponen | Pertumbuhan | Sumber Pertumbuhan |
Konsumsi Rumah Tangga | -5,51% | -2,96% |
Konsumsi LNPRT | -7,76% | -0,10% |
Konsumsi Pemerintah | -6,90% | -0,53% |
PMTB | -8,61% | -2,73% |
Ekspor barang dan jasa | -11,66% | -2,30% |
Dikurangi Impor barang dan jasa | -16,96% | -3,03% |
PDB | -5,32% | -5,32% |
BPS menilai agar pertumbuhan ekonomi kembali membaik pada kuartal III pemerintah harus fokus mendorong sektor konsumsi rumah tangga dan investasi. Karena dua komponen ini memberi andil terbesar dalam struktur PDB. (asp)