Impor Non Migas Turun, Neraca Dagang Maret Kembali Surplus
Thursday, 16 April 2020
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada bulan Maret 2020 kembali mengalami surplus sebesar USD743,4 juta. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan Februari yang surplus USD2.512,8 juta.
Meski demikian, bila dibandingkan dengan Maret 2019 atau year on year (yoy) yang surplus sebesar USD670,8 juta, masih lebih tinggi. Adapun surplus neraca dagang kali ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu karena terjadi pertumbuhan ekspor sebesar 0,23% pada Maret dibanding Februari 2020, dan dibanding Maret 2019 turun 0,20%.
Sementara itu di sisi impor terjadi kenaikan sebesar 15,6% pada Maret 2020 dibandingkan Februari 2020, sedangkan jika dibanding Maret 2019 justru tumbuh negatif -1,56%. Penurunan tersebut didorong penurunan impor non migas sebesar -1,6% pada bulan Maret 2020 dibanding Maret 2019, dan turun -5,8% untuk impor non migas periode Januari-Maret 2020 terhadap 2019.
BPS menilai kondisi ini harus menjadi perhatian pemerintah, sebab penurunan impor non migas dirorong oleh penurunan impor bahan baku sebesar 2,82% dan impor barang barang modal turun 13,07%, sepanjang Januari-maret. Berikut adalah rincian impor non migas berdasarkan jenis barang:
Jenis Barang Impor | Maret 2020 | Thd. Februari 2020 | Thd Maret 2019 |
Barang konsumsi | USD1.268,2 triliun | 43,8% | 7,11% |
Bahan Baku/Penolong | USD10.281,0 triliun | 16,34% | -2,82% |
Barang Modal | USD1.800,9 triliun | -1,55% | -13,07% |
sumber: BPS
Jika dilihat berdasarkan asal negara, impor non migas tertinggi diketahui berasal dari kelompok negara ASEAN sebesar 21,18% atau sebesar USD7.164,7 juta, diikuti negara Uni Eropa sebesar 7,72% dengan nilai nominal USD2.612,3 juta. Sementara itu China masih menjadi negara importir terbesar, yaitu dengan peran mencapai 26,34% atau senilai USD8.908 juta. (ASP)