News
Tarif Impor Ditambah, Episode Baru AS-China

Friday, 23 March 2018

Tarif Impor Ditambah, Episode Baru AS-China

Hubungan perdagangan Amerika Serikat dan China kembali menjadi sorotan seiring Presiden AS Donald Trump akan mengumumkan sanksi perdagangan atas China secepatnya pada Kamis (22/3) waktu setempat.

Setelah pengenaan tarif impor produk baja dan aluminium, Washington dikabarkan menyusun pengenaan tarif tambahan sekitar US$60 miliar terhadap impor produk-produk asal Negeri Panda. Pejabat Gedung Putih menyebutkan tarif itu merupakan respons Washington atas aturan kekayaan intelektual Beijing. Adapun, tampaknya tarif baru ini akan memicu aksi pembalasan dari Beijing serta meningkatkan tensi perang dagang.

Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer mengatakan, sejauh ini belum ada daftar pasti produk yang terkena tarif itu. Secara garis besar, tarif itu menyasar produk teknologi dan telekomunikasi asal China, tapi kemungkinan masih akan lebih luas lagi.

Selain itu, ada pula upaya yang akan dilakukan Paman Sam untuk melarang investasi asal China memasuki negaranya.

“Besok presiden akan mengumumkan aksi yang akan diambil berdasarkan investigasi berdasarkan Section 301 dari UU Perdagangan 1974, yang mengidentifikasi adanya pencurian properti intelektual milik perusahaan teknologi AS oleh China,” kata Raj Shah, pejabat Gedung Putih dalam pernyataan lewat surat elektronik, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (22/3).

Kebijakan ini merupakan langkah pertama Trump di dalam perdagangan yang langsung menargetkan China. Selama ini, Trump telah menuding China memanipulasi sektor manufaktur AS dan bertanggung jawab atas hilangnya lapangan pekerjaan di AS.

Adapun, keputusan ini tetap diambil meskipun telah banyak pembuat kebijakan dan bahkan IMF memperingatkan bahaya perang dagang yang bisa merusak pemulihan ekonomi global.

China mencatatkan surplus perdagangan dengan AS sebesar US$375 miliar. Berdasarkan riset, estimasi angka tersebut didapat dari harga barang-barang palsu, software bajakan, dan pencurian atas rahasia perdagangan yang nilainya mencapai setinggi-tingginya US$600 miliar. Oleh karena itu, Washington telah menekan China untuk mengurangi surplus perdagangannya dengan AS sebesar US$100 miliar.

Tidak Tinggal Diam

Lighthizer pun mengakui China tampaknya akan membalas dengan menargetkan ekspor agribisnis AS, khususnya kacang kedelai. Jika nantinya memang ada tindakan balasan, lanjutnya, Washington akan bereaksi lagi.

Adapun China telah mulai mengidentifikasi produk agribisnis AS yang menjadi titik kelemahan Paman Sam. Negeri Panda menyebut, mereka akan menargetkan impor kacang kedelai dengan nilai US$14 miliar.

Ekspor agrikultur AS untuk China berada di level US$19,6 tahun lalu, dengan pengiriman kacang kedelai sebesar US$12,4 miliar. Penalti dari China untuk kacang kedelai AS akan merugikan Iowa, negara bagian yang mendukung Trump pada Pemilu AS 2016 dan juga rumah bagi Duta Besar AS untuk China Terry Branstad.

Beberapa pejabat AS percaya bahwa China tidak akan mendapatkan substitusi untuk kacang kedelai negeri Paman Sam. Wei Jianguo, mantan Wakil Menteri Perdagangan China dan sekarang Direktur Eksekutif China Center for International Economic Exchange, menyampaikan bahwa memorandum yang akan ditandatangani Trump itu akan menjadi pukulan genderang untuk memulai perang dagang.

“China tidak takut dan akan menempuh perang dagang. Kami memiliki banyak pengukuran untuk menyerang balik, di bagian impor otomotif, kacang kedelai, pesawat terbang, dan chip. Trump harus tahu bahwa ini merupakan ide yang sangat buruk, tidak akan ada pemenang dan tidak ada yang diuntungkan,” katanya.

Senada, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan bahwa tidak adil untuk memberikan kritik perdangan tidak adil kepada China jika AS tidak mau menjual apa yang diinginkan China. Pernyataannya itu mengacu kepada aturan ekspor AS yang mengontrol penjualan produk teknologi tinggi AS di China.

Dia kembali menekankan bahwa Negeri Panda tidak ingin berperang dagang dengan siapa pun. Akan tetapi, jika ada yang menantang, maka China tidak bisa takut maupun bersembunyi. Meskipun begitu, China tetap berharap mereka dapat berbicara secara konstruktif dengan AS, lanjutnya, dengan harapan adanya win-win solutions.

Selain kacang kedelai, pesawat Boeing juga disebut-sebut sebagai target potensial dari China yang sedang mengembangkan pesawat C919 sebagai bagian dari ambisi aerospace-nya.

Bisnis Indonesia

Related Articles

News

Opsi Baru Pajak Bisnis Digital Disiapkan

News

Uni Eropa Rancang Pajak Digital

News

Kepatuhan Wajib Pajak Lapor SPT Naik 24,12%


Global Recognition
Global Recognition | Word Tax     Global Recognition | Word TP
Contact Us

Jakarta
MUC Building
Jl. TB Simatupang 15
Jakarta Selatan 12530

+6221-788-37-111 (Hunting)

+6221-788-37-666 (Fax)

Surabaya
Graha Pena 15th floor
Jl. Ahmad Yani 88
Surabaya 60231

+6231-828-42-56 (Hunting)

+6231-828-38-84 (Fax)

Subscribe

For more updates and information, drop us an email or phone number.



© 2020. PT Multi Utama Consultindo. All Rights Reserved.