MUC Great Program: Bicara Sederet Tantangan Gen Z di Dunia Kerja

JAKARTA. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), mayoritas penduduk Indonesia saat ini didominasi oleh generasi Z (gen Z) sebanyak 27,94 persen dari total populasi atau sebanyak 74,93 juta jiwa. Generasi yang lahir pada kurun 1997-2012 ini pun sudah mulai memasuki dunia kerja. 

Sebagai generasi yang akrab dengan digitalisasi, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Diantaranya terkait kesenjangan generasi (generation gap) di tempat kerja. Lantas bagaimana cara Generasi Z menaklukkan tantangan-tantangan tersebut? Hal ini yang menjadi tema besar dalam Webinar bertajuk “Kiat Sukses Generasi Z Memasuki Dunia Kerja”. Webinar tersebut merupakan bagian dari MUC Great Program, dalam acara pembekalan calon wisudawan/wati DIII Akuntansi Perpajakan, Universitas Trisakti pada Selasa (11/10) lalu. 

Direktur MUC Consulting Erry Tri Merryta hadir sebagai salah satu speaker utama. Pada kesempatan tersebut, Erry memaparkan bahwa menghadapi fenomena kesenjangan generasi adalah hal yang tidak bisa dihindari oleh generasi Z yang akan memasuki dunia profesional. Kesejangan generasi ini bisa menimbulkan perbedaan cara berpikir, kebiasaan, ekspektasi, sehingga rentan memicu konflik. .

“Generasi yang sangat mungkin ditemui dan berinteraksi dengan gen Z di tempat kerja adalah generasi boomers dan generasi Y atau millenial. Nah, agar bisa melakukan kerjasama lintas generasi, gen Z harus mampu beradaptasi dengan perbedaan karakter dan cara berpikir dari tiap-tiap generasi. Kita yang lebih muda (gen Z) dituntut untuk lebih bisa menyesuaikan dengan mereka,”jelas Erry. 

Selain itu, Erry juga menyoroti sejumlah karakter yang umumnya dimiliki gen Z. Dia menguraikan, sebagai generasi digital, gen Z memiliki beberapa kelebihan, diantaranya globalis, informatif, multitasking, bertoleransi tinggi terhadap perbedaan, senang berekpresi dan melek teknologi. Namun di balik sederet kelebihan tersebut, gen Z tidak luput dari sejumlah kelemahan yang justru mampu menghambat potensi generasi ini. Generasi Z cenderung mudah FOMO (Fear of Missing Out) atau memiliki rasa cemas berlebih jika ketinggalan trend terkini. Kecemasan ini biasanya akan memicu rasa insecure. Selain itu, gen Z juga rentan mengeluh dan memiliki tingkat endurance yang rendah, jika dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. 

“Yang terakhir, anak-anak generasi Z ini juga rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Masalah kesehatan mental yang tidak pernah dianggap serius, maka lama-lama akan membahayakan dan tidak bisa dikendalikan. Gangguan kesehatan mental yang kecil-kecil itu, jika dibiarkan akan membuat para gen Z ini tidak bisa melihat potensi yang dimiliki, karena sibuk dengan kondisi mental kalian (gen Z),”jelasnya. 

Karena itu, Erry pun menyampaikan beberapa tips bagi generasi Z agar siap menghadapi dunia profesional sekaligus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki. Diantaranya, gen Z harus belajar memahami diri sendiri, termasuk mengenali tiap emosi yang dirasakan agar mampu memahami orang lain. Kemudian, memaksimalkan digitalisasi untuk produktivitas bukan untuk hal-hal yang membuang waktu seperti scrolling di social media atau bermain game. Selanjutnya, gen Z harus bisa membangun mindset yang bertumbuh (growth mindset) agar lebih mampu adaptif dan cepat dalam merespon perubahan. Yang terakhir, berlatih menguatkan mental agar mampu menghadapi berbagai tantangan di dunia kerja. 

Sebagai informasi, MUC GREAT Program adalah salah satu program CSR MUC Consulting Group yang dirancang untuk memberikan gambaran kepada para mahasiswa mengenai profesi di bidang perpajakan. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan teknis dan soft skill para mahasiswa sebelum mereka memasuki dunia kerja. (KEN)