JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2020 mengalami surplus sebesar USD 2,09 miliar, begitupun untuk periode Januari-Mei 2020 tercatat surplus USD 4,31 miliar. Namun meski mengalami surplus, baik ekspor maupun impor sama-sama mengalami penurunan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan impor dan ekspor ini perlu diwaspadai karena bisa berdampak negatif terhadap perkembangan industri nasional. Oleh karenanya, meskipun surplus, kinerja neraca perdagangan bulan ini tidak menggembirakan.
Nilai ekspor Indonesia pada Mei 2020 tercatat senilai USD10,53 miliar atau turun 13,4% dibanding ekspor bulan April 2020. Sementara jika dibandingkan dengan data ekspor pada bulan Mei 2019 turun sebesar 27,81%.
Sedangkan impor Indonesia pada bulan Mei berada pada level terendah dalam 13 bulan terakhir, atau hanya sebesar USD 8,44 miliar. Angka ini turun 42,2% dari nilai impor pada periode yang sama tahun 2019.
Baca Juga: Pemerintah Atur Ulang Tarif Bea Masuk Pengamanan Impor Produk Tirai
Penurunan ini dipicu oleh impor migas sebesar 23,04% yang dipengaruhi penurunan impor minyak mentah dan hasil minyak serta penurunan impor nonmigas yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 33,36%.
Angka impor non migas ini juga merupakan yang terendah dalam 13 bulan terakhir. Dalam kurun waktu tersebut, nilai impor non migas tertinggi terjadi pada Mei 2019 yang tercatat senilai USD 13,77 miliar.
Jika dilihat berdasarkan jenis barang, yang mengalami penurunan impor terbesar yaitu impor besi dan baja sebesar 42,46%, disusun impor bahan kimia organik 40,24%, plastik dan barang dari plastik 38,58%, mesin dan perlengkapan 31,55% dan mesin dan peralatan mekanis sebesar 30,56%. (ASP)
