Sejumlah ekonom memperkirakan realisasi penerimaan pajak tahun ini tidak akan mencapai target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 yang sebesar Rp 1.283,6 triliun.
Pasalnya, selama Sembilan bulan berjalan pencapaiannya baru sekitar 60% dari target. Kementerian Keuangan merilis, realisasi penerimaan pajak hingga akhir September 2017 sebesar Rp770,7 triliun. Realisasi tersebut sudah memperhitungkan sumbangan uang tebusan program amnesti pajak (Rp11 triliun). Apabila tanpa tax amnesty, maka realisasi penerimaan pajak yang sebenarnya hanya Rp759,7 triliun.
Ekonom Senior Faisal Basri, dalam acara Temu Almuni INDEF School of Political Economy, Sabtu (22/10), menjabarkan dua skenario proyeksi penerimaan pajak tahun ini. Pertama, skenario optimis, dengan asumsi pertumbuhan penerimaan pajak sekitar 5%. Maka, realisasi penerimaan pajak tahun ini diperkirakan sebesar Rp1.161 triliun atau hanya 90% dari target. Dengan demikian akan terjadi shortfall sekitar Rp122 triliun. Kedua, skenario pesimistis, yaitu dengan mempertimbangkan realisasi rerata penerimaan pajak per bulan sekitar Rp86 triliun, berdasarkan pencapaian hingga September yang sebesar Rp770,7 triliun. Dengan melakukan ekstrapolasi, penerimaan pajak 2017 diramalkan sebesar Rp 1.028 triliun atau 80% dari target.
Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi pencapaian target penerimaan pajak tahun hanya 85% kendati pemerintah telah melakukan upaya ekstra. Upaya ekstra yang dimaksud antara lain penegakan hukum bagi wajib pajak yang tidak mengikuti tax amnesty dan terindikasi mengemplang pajak.
Ramalan yang hamper sama juga disampaikan Eric Alexander Sugandi, ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness yang memperkirakan realisasi penerimaan pajak 2017 hanya akan mencapai 80%-85% dari target.
