Tata Laksana Pemberian Insentif Tambahan untuk Perusahaan Penerima Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor untuk Penanganan Dampak Bencana Penyakit Virus Corona (Coronavirus Disease 2019/COVID-19)
(1) | Barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean yang dimasukkan oleh Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM berupa barang dan/atau bahan untuk diolah lebih lanjut atau digabungkan dengan hasil produksi Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM, diberikan fasilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. |
(2) | Fasilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan terhadap Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM yang hasil produksinya 100% (seratus persen) diekspor berdasarkan Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM. |
(3) | Terhadap pemasukan barang oleh Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha kena pajak yang menyerahkan barang kena pajak:
|
(4) | Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM melakukan pemasukan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menggunakan Surat Serah Terima Barang Lokal (SSTB-L). |
(5) | Surat Serah Terima Barang Lokal (SSTB-L) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diserahkan oleh Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM kepada:
|
(6) | Surat Serah Terima Barang Lokal (SSTB-L) sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat disampaikan secara elektronik. |
(7) | Terhadap Surat Serah Terima Barang Lokal (SSTB-L) yang disampaikan sebagaimana dimasud pada ayat (5), Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Pelayanan Utama, atau Kepala Kantor Pabean penerbit Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM melakukan penelitian berupa pemenuhan ketentuan 100% (seratus persen) ekspor hasil produksi oleh perusahaan KITE Pembebasan atau KITE IKM berdasarkan Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM. |
(8) | Penelitian pemenuhan ketentuan 100% (seratus persen) ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat dilakukan kembali dalam hal perusahaan melakukan perubahan data pada Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM terkait tujuan hasil produksi. |
(9) | Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (7) kedapatan tidak memenuhi ketentuan, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai, atau Kepala Kantor Pabean penerbit Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM menyampaikan surat pemberitahuan tidak dipenuhinya ketentuan pemberian fasilitas kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM terdaftar paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak SSTB-L diterima. |
(10) | Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Pelayanan Utama, atau Kepala Kantor Pabean penerbit Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk, mengadministrasikan Surat Serah Terima Barang Lokal (SSTB-L). |
(11) | Surat Serah Terima Barang Lokal (SSTB-L) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sesuai contoh format sebagaimana tercantum dalam lampiran huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
(12) | Surat pemberitahuan tidak dipenuhinya ketentuan pemberian fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (9) sesuai contoh format sebagaimana tercantum dalam lampiran huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
(1) | Terhadap pemasukan barang oleh Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), dilakukan penyelesaian dengan cara diolah, dirakit, dan/atau dipasang untuk diekspor. |
(2) | Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM wajib melakukan ekspor atas hasil olah, rakit dan/atau pasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak dilakukan pemasukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). |
(3) | Batas waktu ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan perpanjangan waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dalam hal:
|
(4) | Pemberitahuan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh Perusahaaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai, atau Kepala Kantor Pabean penerbit Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM dengan menyebutkan alasan perpanjangan dan melampirkan bukti pendukung alasan perpanjangan. |
(5) | Pemberitahuan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat disampaikan secara elektronik. |
(6) | Pemberitahuan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dibuat sesuai contoh format sebagaimana tercantum dalam lampiran huruf C yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
(1) | Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM wajib menyampaikan laporan realisasi ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak berakhirnya batas waktu ekspor atau batas waktu perpanjangan ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3). |
(2) | Laporan realisasi ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai, atau Kepala Kantor Pabean penerbit Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM. |
(3) | Laporan realisasi ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan secara elektronik. |
(4) | Terhadap laporan realisasi ekspor yang disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai, atau Kepala Kantor Pabean penerbit Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk melakukan verifikasi terhadap:
|
(5) | Verifikasi dokumen pabean pemberitahuan ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dilakukan oleh Sistem Komputer Pelayanan dengan menghasilkan laporan hasil penelitian realisasi ekspor. |
(6) | Laporan hasil penelitian realisasi ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan laporan hasil rekonsiliasi elemen data berupa nomor dan tanggal dokumen pabean pemberitahuan ekspor dengan outward manifest. |
(7) | Dalam hal hasil rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) kedapatan tidak sesuai:
|
(8) | Dokumen kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berupa:
|
(9) | Dokumen kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) harus diterima oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai, atau Kepala Kantor Pabean penerbit Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak disampaikan pemberitahuan tidak rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7). |
(10) | Dokumen kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dapat disampaikan secara elektronik. |
(11) | Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk melakukan penelitian atas dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (8). |
(12) | Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (11) sesuai, Pejabat Bea dan Cukai menerbitkan laporan hasil penelitian realisasi ekspor. |
(13) | Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (11) tidak sesuai atau Perusahaan KITE Pembebasan atau Pembebasan KITE IKM tidak menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (8), Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai, atau Kepala Kantor Pabean penerbit Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM menyampaikan pemberitahuan hasil verifikasi laporan realisasi ekspor disertai dengan keterangan tidak rekonsiliasi. |
(14) | Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai, atau Kepala Kantor Pabean penerbit Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM menyampaikan pemberitahuan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan dilampiri Laporan realisasi ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM terdaftar. |
(15) | Laporan realisasi ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai contoh format sebagaimana tercantum dalam lampiran huruf D yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
(16) | Pemberitahuan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (14) sesuai contoh format sebagaimana tercantum dalam lampiran huruf E yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
(1) | Terhadap pemasukan barang yang tidak dilakukan penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM wajib melunasi Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang semula tidak dipungut pada saat pemasukan oleh Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM. |
(2) | Dasar pengenaan pajak pelunasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar harga pemasukan barang atau harga jual dalam hal telah dilakukan penjualan ke tempat lain dalam daerah pabean. |
(3) | Kewajiban pelunasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terutang pada saat mana yang lebih dahulu:
|
(4) | Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan surat setoran pajak dengan Kode Akun Pajak yaitu PPN dalam negeri dan Kode Jenis Setoran yaitu setoran untuk pembayaran PPN yang sebelumnya mendapatkan fasilitas. |
(5) | Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikreditkan, pada Masa Pajak dilakukannya pembayaran. |
(6) | Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM dikenai sanksi administrasi atas keterlambatan pelunasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dalam hal pembayaran dilakukan setelah saat terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3). |
(7) | Pengkreditan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (5) serta sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. |
(1) | Perusahaan KITE Pembebasan dan Perusahaan KITE Pengembalian dapat melakukan penyerahan hasil produksi ke Kawasan Berikat untuk diolah lebih lanjut atau digabungkan dengan hasil produksi Kawasan Berikat. |
(2) | Penyerahan hasil produksi dari Perusahaan KITE Pembebasan dan Perusahaan KITE Pengembalian kepada Kawasan Berikat mendapat penangguhan Bea Masuk dan tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. |
(3) | Penyerahan hasil produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan dengan menggunakan dokumen pemberitahuan penyelesaian barang asal impor yang mendapat kemudahan impor tujuan ekspor (BC 2.4). |
(4) | Dokumen pemberitahuan penyelesaian barang asal impor yang mendapat kemudahan impor tujuan ekspor (BC 2.4) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai:
|
(5) | Terhadap penyerahan hasil produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE Pengembalian yang menyerahkan barang kena pajak:
|
(1) | Dokumen pemberitahuan penyelesaian barang asal impor yang mendapat kemudahan impor tujuan ekspor (BC 2.4) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dibuat oleh Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE Pengembalian. |
(2) | Dokumen BC 2.4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi lokasi Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE Pengembalian dalam bentuk tulisan di atas formulir dan/atau secara elektronik. |
(3) | Atas dokumen BC 2.4 yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk:
|
(4) | Atas dokumen BC 2.4 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk melakukan pemeriksaan pabean meliputi:
|
(5) | Dalam hal hasil pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (4):
|
(6) | Dalam hal dokumen BC 2.4 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b telah diterbitkan surat persetujuan pengeluaran barang BC 2.4, Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk:
|
(7) | Dokumen BC 2.4 dan surat persetujuan pengeluaran barang BC 2.4 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi dokumen pengangkutan hasil produksi dari Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE Pengembalian ke Kawasan Berikat. |
(8) | Tata cara pembuatan dokumen BC 2.4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai pemberitahuan pabean impor. |
(9) | Tata cara pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai pemeriksaan pabean. |
(10) | Surat persetujuan pengeluaran barang BC 2.4 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sesuai contoh format sebagaimana tercantum dalam lampiran huruf F yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
(1) | Pemasukan hasil produksi dari Perusahaan KITE ke Kawasan Berikat dilakukan:
|
(2) | Atas pemasukan hasil produksi dari Perusahaan KITE ke Kawasan Berikat dilakukan pemeriksaan fisik secara selektif berdasarkan manajemen risiko. |
(3) | Pemeriksaan fisik serta kegiatan pengawasan yang bersifat fisik seperti pengawasan pemasukan, pelepasan tanda pengaman, pengawasan pembongkaran barang, dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi seperti CCTV yang ada di Kawasan Berikat, video call, tandatangan elektronik, serta teknologi informasi yang lain. |
(4) | Dalam hal hasil kegiatan pengawasan pemasukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kedapatan sesuai, Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk memberikan tanda tangan dan stempel basah kantor pabean pada surat persetujuan pengeluaran barang BC 2.4 sebagai persetujuan pemasukan. |
(5) | Dalam hal Kawasan Berikat ditetapkan sebagai Kawasan Berikat Mandiri, pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) dilakukan oleh Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB. |
(6) | Tanggung jawab atas pungutan negara yang terutang atas hasil produksi yang diserahkan Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE Pengembalian tersebut menjadi tanggung jawab Kawasan Berikat penerima barang terhitung sejak hasil produksi diterima oleh Kawasan Berikat. |
(7) | Dalam hal hasil kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kedapatan tidak sesuai, dilakukan penelitian lebih lanjut oleh unit pengawasan pada Kantor Pabean yang mengawasi Kawasan Berikat. |
(1) | Perusahaan KITE Pembebasan dapat melakukan penyerahan hasil produksi ke Perusahaan KITE IKM untuk diolah lebih lanjut atau digabungkan dengan hasil produksi Perusahaan KITE IKM. |
(2) | Penyerahan hasil produksi dari Perusahaan KITE Pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pemasukan barang dan/atau bahan oleh Perusahaan KITE IKM. |
(3) | Pemasukan barang dan/atau bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan perekaman oleh Perusahaan KITE IKM ke modul KITE IKM. |
(4) | Pemasukan barang dan/atau bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan pembebasan Bea Masuk dan tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur pemberian fasilitas KITE IKM. |
(5) | Penyerahan hasil produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan dengan menggunakan dokumen pemberitahuan penyelesaian barang asal impor yang mendapat kemudahan impor tujuan ekspor (BC 2.4). |
(6) | Dokumen BC 2.4 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) digunakan sebagai:
|
(7) | Terhadap penyerahan hasil produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perusahaan KITE Pembebasan memungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah pada saat penyerahan barang kepada Perusahaan KITE IKM sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. |
(8) | Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dikecualikan terhadap penyerahan barang dari Perusahaan KITE Pembebasan ke Perusahaan KITE IKM dengan menggunakan fasilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. |
(1) | Dokumen BC 2.4 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (5) dibuat oleh Perusahaan KITE Pembebasan. |
(2) | Dokumen BC 2.4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi lokasi Perusahaan KITE Pembebasan dalam bentuk tulisan di atas formulir dan/atau secara elektronik. |
(3) | Atas dokumen BC 2.4 yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk:
|
(4) | Atas dokumen BC 2.4 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk melakukan pemeriksaan pabean meliputi:
|
(5) | Dalam hal hasil pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (4):
|
(6) | Dalam hal dokumen BC 2.4 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b telah diterbitkan surat persetujuan pengeluaran barang BC 2.4, Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk melakukan pemasangan tanda pengaman. |
(7) | Dokumen BC 2.4 dan surat persetujuan pengeluaran barang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi dokumen pengangkutan hasil produksi dari Perusahaan KITE Pembebasan ke Perusahaan KITE IKM. |
(8) | Tata cara pembuatan dokumen BC 2.4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai pemberitahuan pabean impor. |
(9) | Tata cara pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai pemeriksaan pabean. |
(10) | Surat persetujuan pengeluaran barang BC 2.4 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sesuai contoh format sebagaimana tercantum dalam lampiran huruf F yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
(1) | Pemasukan barang ke Perusahaan KITE IKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dilakukan:
|
(2) | Atas pemasukan barang ke Perusahaan KITE IKM sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan pemeriksaan fisik secara selektif berdasarkan manajemen risiko. |
(3) | Dalam hal hasil kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kedapatan sesuai, Pejabat Bea dan Cukai penerbit Surat Keputusan Penetapan KITE IKM atau yang mengawasi Perusahaan KITE IKM:
|
(4) | Pemotongan kuota jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf (c) dilakukan dengan cara mengurangi saldo kuota jaminan dengan nilai pungutan Bea Masuk dan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas barang dan/atau bahan yang dimasukkan oleh Perusahaan KITE IKM. |
(5) | Dalam hal nilai Bea Masuk serta Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dimasukkan ke Perusahaan KITE IKM melebihi kuota jaminan, Perusahaan KITE IKM menyerahkan jaminan. |
(6) | Tanggung jawab atas pungutan negara yang terutang atas hasil produksi yang diserahkan Perusahaan KITE Pembebasan tersebut menjadi tanggung jawab Perusahaan KITE IKM penerima barang terhitung sejak surat persetujuan pengeluaran barang BC 2.4 yang telah diterbitkan dan diberikan persetujuan pemasukan. |
(7) | Dalam hal hasil kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kedapatan tidak sesuai, dilakukan penelitian lebih lanjut oleh unit pengawasan pada Kantor Pabean yang mengawasi Perusahaan KITE IKM. |
(1) | Perusahaan KITE Pembebasan dan Perusahaan KITE IKM dapat melakukan penjualan hasil produksi kepada pihak lain di tempat lain dalam daerah pabean dengan jumlah paling banyak 50% (lima puluh persen) dari realisasi seluruh nilai ekspor pada tahun sebelumnya. |
(2) | Nilai ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dari kegiatan:
|
(3) | Untuk mendapatkan nilai batasan penjualan hasil produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM harus mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai atau Kepala Kantor Pabean penerbit Surat Keputusan Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan atau Perusahaan KITE IKM. |
(4) | Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dapat disampaikan secara elektronik. |
(5) | Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Kantor:
|
(6) | Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atau Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai penerbit Surat Keputusan Penetapan Perusahaan KITE Pembebasan menyerahkan kartu kendali penjualan hasil produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi pengolahan atau pabrik Perusahaan KITE Pembebasan. |
(7) | Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk menerbitkan kartu kendali penjualan hasil produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. |
(8) | Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai contoh format segaimana tercantum dalam lampiran huruf G yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
(9) | Kartu kendali penjualan hasil produksi kepada pihak lain di tempat lain dalam daerah pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a sesuai contoh format sebagaimana tercantum dalam lampiran huruf H yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
(1) | Atas penjualan hasil produksi kepada pihak lain di tempat lain dalam daerah pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) berlaku ketentuan sebagai berikut:
| ||||||||||||||||||
(2) | Dokumen BC 2.4 dan kartu kendali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi lokasi Perusahaan KITE Pembebasan atau yang menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Perusahaan KITE IKM. | ||||||||||||||||||
(3) | Terhadap pengajuan dokumen BC 2.4 dan kartu kendali penjualan hasil produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea melakukan pemeriksaan pabean. | ||||||||||||||||||
(4) | Dalam hal hasil pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah sesuai Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk menerbitkan surat persetujuan pengeluaran barang BC 2.4 dan melakukan pemotongan kuota penjualan pada kartu kendali penjualan hasil produksi kepada pihak lain di tempat lain dalam daerah pabean; | ||||||||||||||||||
(5) | Dalam hal hasil pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak sesuai, Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk mbalikan berkas untuk diperbaiki. | ||||||||||||||||||
(6) | Tata cara pembayaran, pelunasan, dan pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai pembayaran, pelunasan, dan pemungutan. |
(1) | Penyampaian dokumen secara elektronik dilakukan melalui Sistem Komputer Pelayanan. |
(2) | Dalam hal Sistem Komputer Pelayanan belum tersedia, penyampaian dokumen dilakukan melalui surat elektronik atau secara tertulis. |
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 April 2020
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
ttd.
HERU PAMBUDI