Tata Cara Penatausahaan Pemindahan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak Dalam Rangka Reorganisasi Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
Menimbang :
Mengingat :
Menetapkan :
(1) | Reorganisasi instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak meliputi:
|
(2) | Pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah pemecahan Kanwil DJP Riau dan Kepulauan Riau menjadi Kanwil DJP Riau yang bertindak sebagai Kanwil Lama dan Kanwil DJP Kepulauan Riau yang bertindak sebagai Kanwil Baru. |
(3) | Pemecahan KPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:
|
(4) | Pembentukan KPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah pembentukan KPP Madya Bogor. |
(1) | Ketentuan mengenai pemindahan tempat terdaftar Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak berkenaan dengan pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b diatur sebagai berikut:
|
(2) | Ketentuan mengenai pemindahan tempat terdaftar Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pembentukan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2018 tentang Tempat Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Tempat Pelaporan Usaha Pengusaha Kena Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak Madya beserta petunjuk teknisnya. |
(1) | Dalam hal pada saat SMT terdapat permohonan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada KPP di wilayah kerja Kanwil Baru berkenaan dengan pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a yang belum diterbitkan produk hukum/surat persetujuan/penolakan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(2) | Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
|
(3) | Dalam hal pada saat SMT terdapat permohonan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang belum diterbitkan produk hukum/surat persetujuan/penolakan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(4) | Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa:
|
(1) | Dalam hal pada saat SMT, Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sudah mulai dilakukan pemeriksaan, maka pemeriksaan dimaksud diselesaikan oleh KPP Lama sampai dengan penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota Penghitungan. |
(2) | Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota Penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPP Baru menerbitkan surat ketetapan pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak. |
(3) | Dalam hal pada saat SMT, Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada KPP yang merupakan wilayah kerja Kanwil Baru berkenaan dengan pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a sudah mulai dilakukan pemeriksaan, maka pemeriksaan dimaksud diselesaikan oleh Kanwil Lama sampai dengan penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota Penghitungan. |
(4) | Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota Penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), KPP tempat Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak terdaftar menerbitkan surat ketetapan pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak. |
(5) | Yang dimaksud dengan mulai dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) yaitu Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor telah disampaikan kepada Wajib Pajak. |
(1) | Dalam hal pada saat SMT terdapat permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak berdasarkan Pasal 17C Undang-Undang KUP dari Wajib Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang belum diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) oleh KPP Lama dengan jangka waktu penyelesaian 1 (satu) bulan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(2) | Dalam hal pada saat SMT terdapat permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak berdasarkan Pasal 17C Undang-Undang KUP dari Wajib Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang belum diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) oleh KPP Lama dengan jangka waktu penyelesaian 3 (tiga) bulan, KPP Baru menerbitkan SKPPKP atau surat pemberitahuan SKPPKP tidak diterbitkan dengan ketentuan sebagai berikut:
|
(3) | Dalam hal pada saat SMT terdapat permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak berdasarkan Pasal 17D Undang-Undang KUP dari Wajib Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang belum diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) oleh KPP Lama dengan jangka waktu penyelesaian 15 (lima belas) hari, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(4) | Dalam hal pada saat SMT terdapat permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak berdasarkan Pasal 17D Undang-Undang KUP dari Wajib Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang belum diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) oleh KPP Lama dengan jangka waktu penyelesaian 1 (satu) bulan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(5) | Dalam hal pada saat SMT terdapat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak berdasarkan Pasal 9 ayat (4c) Undang-Undang PPN dari Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dan belum diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP), berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(6) | Dalam hal pada saat SMT terdapat permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang berdasarkan Pasal 17 ayat (2) Undang-undang KUP dari Wajib Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dan belum diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(7) | Dalam hal pada saat SMT terdapat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak berdasarkan Pasal 17B Undang-undang KUP dari Wajib Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dan belum diterbitkan surat ketetapan pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(8) | Dalam hal sebelum SMT, KPP Lama telah menerbitkan SKPPKP atau SKPLB, namun KPP Lama belum menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP), berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(1) | Dalam hal pada saat SMT Wajib Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sedang mengajukan permohonan pembetulan sesuai dengan Pasal 16 Undang-Undang KUP dan belum diterbitkan keputusan oleh KPP Lama, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(2) | Dalam hal pada saat SMT Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP di wilayah kerja Kanwil Baru berkenaan dengan pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a sedang mengajukan permohonan pembetulan sesuai dengan Pasal 16 Undang-Undang KUP dan belum diterbitkan keputusan oleh Kanwil Lama, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(3) | Dalam hal pada saat SMT Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP di wilayah kerja Kanwil Baru berkenaan dengan pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a sedang mengajukan permohonan sesuai dengan Pasal 36 ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf d Undang-Undang KUP dan belum diterbitkan keputusan oleh Kanwil Lama, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(4) | Dalam hal pada saat SMT Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP di wilayah kerja Kanwil Baru berkenaan dengan pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a sedang mengajukan permohonan sesuai dengan Pasal 36 ayat (1) huruf b Undang-Undang KUP dan belum diterbitkan keputusan oleh Kanwil Lama, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(5) | Dalam hal pada saat SMT Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP di wilayah kerja Kanwil Baru berkenaan dengan pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a sedang mengajukan permohonan pengurangan PBB sesuai dengan Pasal 19 Undang-Undang PBB dan belum diterbitkan keputusan oleh Kanwil Lama, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(6) | Dalam hal pada saat SMT Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP di wilayah kerja Kanwil Baru berkenaan dengan pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a sedang mengajukan keberatan sesuai dengan Pasal 25 Undang-Undang KUP dan belum diterbitkan keputusan oleh Kanwil Lama, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(1) | Dalam hal pada saat SMT terdapat surat keputusan atas Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang diterbitkan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 16, Pasal 26, dan/atau Pasal 36 Undang-Undang KUP dan belum ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku oleh KPP Lama, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(2) | Dalam hal pada saat SMT terdapat Putusan Pengadilan Pajak atas Banding atau Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung terkait Putusan Pengadilan Pajak atas Banding atas Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang diterima oleh KPP Lama dan belum ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(3) | Dalam hal pada saat SMT terdapat Putusan Pengadilan Pajak atas Gugatan atau Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung terkait Putusan Pengadilan Pajak atas Gugatan atas Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang diterima oleh KPP Lama dan belum ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku sampai dengan SMT, pelaksanaan putusannya dialihkan ke KPP Baru. |
(4) | Dalam hal pada saat SMT terdapat Putusan Pengadilan Pajak atas Gugatan atau Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung terkait Putusan Pengadilan Pajak atas Gugatan atas Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada KPP di wilayah kerja Kanwil Baru berkenaan dengan pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a yang diterima oleh Kanwil Lama dan belum ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku sampai dengan SMT, pelaksanaan putusannya dialihkan ke Kanwil Baru. |
(1) | Dalam hal pada saat SMT, Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada KPP yang merupakan wilayah kerja Kanwil Baru berkenaan dengan pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan, maka pemeriksaan bukti permulaan dimaksud diselesaikan oleh Kanwil Lama sampai dengan pembuatan Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan (LPBP) dan Nota Penghitungan. |
(2) | Dalam hal tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan berupa penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A Undang-Undang KUP, LPBP dan Nota Penghitungan disampaikan ke KPP Baru dan KPP Baru menerbitkan SKPKB berdasarkan Nota Penghitungan tersebut. |
(3) | Dalam hal pada saat SMT, Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada KPP yang merupakan wilayah kerja Kanwil Baru berkenaan dengan pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a sedang dilakukan penyidikan, Direktur Penegakan Hukum menentukan tindak lanjut sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. |
(1) | Dalam hal pada saat SMT, Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b memiliki utang pajak pada KPP Lama, tindakan penagihan pajak dilakukan atau dilanjutkan oleh KPP Baru. |
(2) | Dalam hal pada saat SMT terdapat barang sitaan milik Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang belum dilakukan pelelangan oleh KPP Lama, KPP Baru menindaklanjuti proses penanganan barang sitaan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. |
(1) | Dalam hal pada saat SMT terdapat permohonan terkait PBB P3L Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang belum diterbitkan produk hukum/surat persetujuan/penolakan berkenaan dengan pemecahan Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a, produk hukum/surat persetujuan/penolakan atas permohonan tersebut diterbitkan oleh Kanwil Baru. |
(2) | Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
|
(3) | Dalam hal pada saat SMT terdapat pelayanan permohonan terkait PBB P3L Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang belum diterbitkan produk hukum/surat persetujuan/penolakan berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(4) | Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa:
|
(5) | Atas permohonan tertentu terkait PBB P3L yang diterima oleh KPP Lama sebelum SMT, KPP Lama memproses permohonan tertentu tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. |
(6) | Permohonan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berupa:
|
(1) | Dalam hal pada saat SMT, Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang Objek Pajak PBB P3L dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sudah mulai dilakukan pemeriksaan, maka pemeriksaan dimaksud diselesaikan oleh KPP Lama sampai dengan penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota Penghitungan. |
(2) | Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota Penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPP Baru menerbitkan Surat Ketetapan Pajak PBB (SKP PBB) dan/atau STP PBB. |
(3) | Dalam hal pada saat SMT, atas Penelitian PBB P3L yang belum selesai terhadap Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang Objek Pajak PBB P3L dipindahkan ke KPP Baru berkenaan dengan pemecahan KPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|