PBB (ANTARA News) - PBB pada Selasa memangkas proyeksi pertumbuhan globalnya menjadi 2,4 persen untuk 2013 dan 3,2 persen untuk tahun berikutnya, serta memperingatkan krisis lapangan kerja akan bertahan lama untuk negara-negara Barat.

Krisis utang di Eropa dan Amerika Serikat serta perlambatan di China, semua bisa menjatuhkan ekonomi dunia ke dalam resesi, PBB memperingatkan dalam laporan "Situasi dan Prospek Ekonomi Dunia 2013", lapor AFP.

Prediksi pertumbuhan dipangkas dari perkiraan PBB enam bulan lalu ketika memperkirakan pertumbuhan 2,7 persen untuk 2013 dan 3,9 persen untuk tahun berikutnya.

"Dengan kebijakan yang ada dan tren pertumbuhan, mungkin diperlukan setidaknya lima tahun untuk Eropa dan Amerika Serikat menebus kehilangan lapangan pekerjaan yang disebabkan oleh Resesi Besar 2008-2009," kata laporan itu.

Eropa terjebak dalam "lingkaran setan" utang, penghematan, pertumbuhan rendah dan pengangguran yang tinggi, kata PBB. Pertumbuhan tetap "sangat rendah" di Amerika Serikat -- diperkirakan 1,7 persen untuk 2013 -- sementara Jepang terjebak dalam "kondisi deflasi" dan pertumbuhannya pada 2013 diperkirakan sebesar 0,6 persen.

Prospek untuk dua tahun ke depan terlihat suram, kata Robert Vos, pemimpin penulis untuk laporan PBB tersebut.

"Memburuknya krisis kawasan euro, `jurang fiskal` di Amerika Serikat dan `hard landing" (penurunan ekonomi) di China bisa menyebabkan resesi global baru," katanya.

Setiap risiko dapat menyebabkan hilangnya antara satu hingga tiga persen dari produk (output) global, Vos memperingatkan.

Sebuah krisis anggaran fiskal AS, jika kesepakatan tidak tercapai antara pemerintah Demokrat dan DPR yang dikendalikan Republik, bisa menyebabkan penurunan empat persen dalam produk domestik bruto Amerika selama 2013 dan 2014, laporan itu memperingatkan.

Di bawah "skenario suram" diuraikan, Amerika Serikat juga akan menderita dari "efek spillover" intensifikasi krisis euro, kemungkinan "hard landing" ekonomi China dan melemahnya negara-negara berkembang utama lainnya.

PBB menyerukan pemerintah Eropa untuk beralih dari kebijakan penghematan ke pertumbuhan.

Pertumbuhan di Asia Tenggara membantu mempertahankan perdagangan dunia melewati krisis baru-baru ini, namun turun menjadi 5,5 persen pada 2012 dan hanya akan pulih sedikit menjadi 6,0 persen pada 2013 dan 6,3 persen pada 2014, kata PBB.

Perekonomian China akan tumbuh sebesar 7,9 persen pada 2013 dan 8,0 persen pada 2014 setelah melonjak 9,2 persen pada 2010 dan 7,7 persen pada 2011.

"Mengingat bertahannya tekanan inflasi dan defisit fiskal besar, ruang lingkup untuk kebijakan stimulus di India dan negara-negara Asia Selatan terbatas," kata laporan itu.

"China dan banyak negara Asia Timur, sebaliknya, memiliki ruang jauh lebih besar untuk kebijakan melawan siklus," kata PBB.

Laporan ini memperkirakan pertumbuhan di Asia Selatan rata-rata 5,0 persen pada 2013, naik dari 4,4 persen pada 2012, didorong oleh "pemulihan moderat" di India.