6 Strategi Efektif MUC Kembangkan Potensi Karyawan
MUC Consulting adalah perusahaan bisnis yang bergerak di bidang perpajakan dengan produk utama berupa jasa yang mengedepankan penyediaan layanan berbasis ilmu pengetahuan. Layanan ini dihasilkan melalui pemikiran dan kerja keras karyawan, sehingga karyawan dipandang sebagai aset berharga yang memiliki potensi besar untuk berkembang bersama perusahaan. Untuk memaksimalkan potensi tersebut maka keahlian atau skillset karyawan harus di-upgrade.
Berbeda dengan perusahaan yang memproduksi barang dan mengandalkan mesin sebagai tulang punggung produksi, di perusahaan semacam ini, jika mesin sudah tidak dapat beroperasi maka harus diganti dengan yang baru. Sementara bagi perusahaan jasa yang mengandalkan ilmu pengetahuan manusia, dibutuhkan strategi khusus untuk memperkaya kemampuan karyawannya. Strategi ini bertujuan agar karyawan terus berkembang seiring kemajuan ilmu pengetahuan yang menjadi dasar layanan perusahaan. Upaya pengembangan dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: melalui pelatihan, pemberian kesempatan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, pendampingan teknis, penyelenggaraan forum diskusi dengan manajemen, dan kegiatan lain yang mendukung pengembangan potensi karyawan.
Ini adalah tantangan bagi manajemen MUC untuk menerapkan berbagai prinsip human capital guna memastikan seluruh karyawan dapat berkembang dengan optimal. Manajemen MUC meyakini bahwa setiap individu memiliki potensi besar untuk tumbuh optimal, termasuk karyawan MUC.
Dimulai Dari Proses Rekrutmen
Walaupun MUC percaya bahwa setiap individu memiliki potensi, proses rekrutmen tetap perlu dilakukan. Proses ini tidak sekadar menilai potensi, tetapi juga memastikan kesesuaian nilai-nilai (values) yang dianut MUC dengan nilai-nilai calon karyawan.
Lalu, apa saja nilai-nilai MUC yang perlu dimiliki calon karyawan agar dapat sejalan dengan perusahaan?
Pertama, MUC menjunjung tinggi profesionalisme yang tercermin dalam pelayanan unggul dan personel yang berkualitas serta kompeten. Karena itu, calon karyawan diharapkan memiliki sikap kerja yang baik serta pemahaman tentang etika dan integritas, sehingga dapat bekerja dengan optimal sesuai dengan standar profesionalisme yang berlaku.
Kedua, MUC menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme. Perusahaan meyakini bahwa setiap individu dapat berkembang optimal jika diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, MUC mengharapkan calon karyawan memiliki pandangan dan keyakinan yang sejalan dengan nilai-nilai ini. Dengan demikian, perusahaan dan karyawan dapat bekerja sama membangun lingkungan kerja yang sehat dan syarat akan nilai-nilai humanisme.
Terakhir, MUC juga berkomitmen untuk terus meningkatkan kompetensi karyawannya. Hal ini dilakukan karena pembaruan ilmu pengetahuan yang terus berjalan merupakan dasar dari layanan yang berkualitas. Maka daari itu, MUC terus memperbarui kualitas dan kapasitas karyawan maupun perusahaan agar dapat memberikan layanan yang terbaik seiring dengan perkembangan profesionalisme karyawan.
Menurut Direktur MUC, Erry Tri Merryta, seorang karyawan harus memiliki keseimbangan antara values dan kualitas teknis. “Dari sisi kualitas oke tapi value tidak, atau jika value baik tapi kapasitas teknisnya tidak, maka perkembangannya tidak akan optimal,” kata Erry. Dia menegaskan bahwa produk yang dihasilkan adalah pengetahuan, sehingga karyawan sebagai “si pembuat produk” tersebut harus terus mengembangkan pengetahuan dan menjaga nilai-nilai baik yang sejalan dengan nilai perusahaan. Hal ini dinilai penting karena akan memastikan bahwa layanan yang diberikan mampu untuk memberi makna dan kepuasan bagi pelanggan.
Untuk itu, sejak awal karyawan bergabung, Human Capital (HC) MUC akan terus mengamati dan mengeksplorasi setiap karyawan melalui berbagai metode pendekatan pengembangan. Melalui berbagai treatment pengembangan yang diberikan, HC MUC akan memiliki gambaran terkait skill yang dimiliki, serta identifikasi potensi yang dapat dikembangkan dari setiap karyawan.
Seiring berjalannya waktu, apabila di tengah perjalanan terjadi situasi di mana karyawan mengalami stagnasi dalam perkembangannya, maka HC akan melakukan evaluasi. Sebab, perusahaan meyakini bahwa adanya masalah dalam perkembangan seorang karyawan bukan berarti karyawan tersebut tidak memiliki potensi, melainkan kemungkinan ada ketidaksesuaian antara potensi dengan jenis pekerjaan divisi terkait. Oleh karena itu, HC memiliki peran penting untuk melakukan penilaian ulang kepada karyawan tersebut, termasuk memberikan opsi untuk pindah ke divisi yang dinilai sesuai dengan potensi yang dimilki.
Apabila hasil evaluasi menunjukan perlunya mutasi dan terdapat peluang di divisi yang sesuai, maka opsi mutasi akan dilakukan. Mutasi karyawan antar divisi ini merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan untuk mengembangkan karyawan dan membantu mereka mencapai potensi terbaiknya.
Apa saja upaya MUC untuk pengembangan karyawan?
Selain mutasi divisi, MUC juga menerapkan sejumlah metode pengembangan karyawan. Proses pengembangan ini membutuhkan waktu dan dedikasi yang berkelanjutan. Hingga kini, HC MUC terus berupaya menggali dan mengembangkan potensi karyawan melalui sejumlah upaya. Berikut beberapa di antaranya
1. Pelatihan atau Training
Pelatihan dan pengembangan karyawan di MUC, baik internal maupun eksternal, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada karyawan untuk belajar dan berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan. Namun, proses pengembangan karyawan di MUC dalam bentuk training ini bukan perkara mudah.
Sejak pelatihan digelar pada 2009, upaya untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya mengikuti training bagi karyawan menjadi tantangan besar. Berbagai usaha pun dilakukan; mulai dari menggunakan kartu training sebagai alat pencatat kehadiran, penerapan mekanisme reward and punishment melibatkan top level management untuk turun tangan dalam melakukan internalisasi nilai continuous learning pada para karyawan. Dari tahun ke tahun, beragam upaya pemantauan program training tersebut terus dikembangkan, tidak hanya lewat kajian yang tepat tetapi juga melalui penyelenggaraan training dengan menggunakan perangkat teknologi pendukung yang mutakhir. Hasilnya, langkah perbaikan yang dilakukan secara berkelanjutan ini ternyata cukup mampu menumbuhkan kesadaran pribadi karyawan untuk mengikuti training, bahkan mereka juga terlibat aktif untuk ikut berinovasi dalam mengembangkan program training.
Kini, pemantauan program training tidak seketat tahun-tahun sebelumnya. Sebab, karyawan saat ini telah memiliki kesadaran untuk mengikuti pelatihan karena memahami manfaatnya bagi pengembangan diri dan karir mereka. Dengan demikian, keikutsertaan karyawan dalam pelatihan bukan lagi berupa keharusan melainkan sebuah kebutuhan.
Selain pelatihan internal, karyawan juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan pelatihan di luar kantor sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, perusahaan menyiapkan anggaran biaya training tahunan untuk setiap tim kerja atau divisi. Besaran anggaran per tim kerja disesuaikan dengan capaian atau prestasi tim kerja di tahun sebelumnya. Selanjutnya, anggaran biaya training tersebut akan dikelola oleh masing-masing manajer/ketua tim untuk didistribusikan kepada para anggota tim sesuai dengan kebutuhan tiap anggota tim dan disesuaikan dengan strategi pengembangan di tim kerja.
2. Program Talent Management
Selain secara intensif membentuk program pengembangan karyawan, manajemen MUC juga menyiapkan sebuah program inkubasi yang bertujuan untuk mencetak future leader MUC.
Program ini merupakan bagian dari Talent Management yang berfokus pada pengembangan soft skill dan kepemimpinan karyawan. Karyawan MUC yang mengikuti program ini dipilih melalui seleksi.
Mereka yang terpilih akan mendapatkan pelatihan khusus terkait soft skill yang akan bermanfaat bagi kelangsungan karir mereka dimasa depan seperti pelatihan leadership, critical thinking atau skill khusus lainnya. Dalam program ini, top level management perusahaan turut serta dalam pelatihan kepemimpinan dan pengembangan mindset para karyawan yang terpilih sebagai Talent. Mereka berperan sebagai Coach yang dapat dijadikan narasumber untuk berdiskusi terkait berbagai isu pengembangan diri yang dibutuhkan oleh para talent.
3. Mendukung Pendidikan Karyawan
Sebagai perusahaan yang peduli dengan pengembangan potensi para karyawannya, MUC juga memberikan kemudahan bagi karyawan yang ingin melanjutkan pendidikan berupa fasilitas study leave. Fasilitas ini memungkinkan karyawan untuk bekerja dan belajar secara bersamaan. Saat ini, tidak sedikit karyawan MUC yang saat ini menyandang status sebagai mahasiswa aktif baik di jenjang S1, S2 mapun S3 di beberapa universitas. Kebijakan perusahaan yang fleksibel ini memungkinkan mereka untuk mengasah ilmu dan meningkatkan kompetensi sambil tetap bekerja. Tidak hanya itu, bagi karyawan yang ingin menempuh pendidikan tinggi di luar negeri juga diberikan izin kuliah. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam mendukung pengembangan diri karyawannya secara maksimal.
Selain izin kuliah, perusahaan juga menyediakan program beasiswa bagi karyawan potensial yang berniat melanjutkan pendidikan, baik di dalam maupun di luar negeri. Namun, ada proses seleksi yang harus dilalui untuk memastikan bahwa program beasiswa ini berdampak pada karyawan dan perusahaan secara keseluruhan.
4. Berkolaborasi dengan Universitas
Dalam upaya mematangkan kualitas pengembangan diri karyawan, MUC meyakini bahwa karyawan butuh diberikan kesempatan menguji kapasitas mereka dengan menyediakan media untuk berbagi ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, MUC menjalin kerjasama jangka panjang dengan beberapa universitas terkemuka. Melalui kerjasama ini, karyawan diberikan kesempatan untuk menjadi pembicara atau mengisi pelatihan, serta menjadi pengajar mata kuliah bahkan kuliah umum di kampus, terkait dengan tema yang sesuai dengan kapasitas atau skill yang dimiliki. Selain bertujuan untuk ikut mendukung pendidikan di Indonesia, pelaksanaan program ini juga bertujuan untuk membangun budaya belajar karyawan, agar mereka percaya diri dan siap untuk menjadi trainer atau narasumber di kampus atau forum-forum profesional lainnya.
5. Membangun Lingkungan Kerja yang Kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif itu bermula dari budaya kerja yang sehat dan positif. Budaya ini dibangun melalui tata nilai, pola interaksi, dan kebijakan yang mengedepankan nilai-nilai positif. Membangun budaya kerja semacam ini membutuhkan waktu, usaha, dan konsistensi. Kebiasaan positif yang dibangun secara berkelanjutan akan menjadi budaya yang mengakar di perusahaan. Karena itu, MUC senantiasa memastikan kebiasaan yang berkembang di lingkungan kerja adalah kebiasaan konstruktif yang dilandasi nilai-nilai baik. Hal ini dilakukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik dan kondusif.
Dengan budaya kerja yang kondusif, karyawan akan merasa aman, nyaman, dan termotivasi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Hal ini berdampak positif pada kinerja karyawan dan perusahaan secara keseluruhan. Untuk itu, MUC berupaya mencari karyawan dengan nilai-nilai yang sejalan dengan perusahaan, agar mampu memperkuat sinergi dalam membangun lingkungan kerja yang positif, karena kunci membangun budaya kerja yang kondusif adalah konsistensi dan keberlanjutan.
6. Spirit of Excellence
Demi mendukung pengembangan potensi karyawan, manajemen MUC berkomitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang terbuka dan menghargai karyawan. Untuk itu, perusahaan membangun komunikasi terbuka di mana atasan dan karyawan memiliki ruang untuk berdiskusi terkait kinerja tim. Dalam forum komunikasi ini, bukan hanya manajemen yang memberikan saran dan kritik, tetapi karyawan juga berkesempatan untuk memberikan evaluasi kepada manajemen, khususnya di akhir tahun. Hal ini dilakukan untuk membangun mindset positif dan meningkatkan kinerja karyawan. Selain itu, perusahaan juga menyediakan ruang bagi klien untuk memberikan feedback dan saran bagi MUC melalui divisi Marketing.
Dalam mengelola perusahaan, MUC Consulting memiliki fokus besar pada area pengembangan karyawan sebagai aset utama perusahaan. Melalui berbagai strategi dan program, MUC berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan karyawan secara berkelanjutan baik dari segi teknis maupun personal. Dengan mengusung semangat keunggulan (spirit of excellence), perusahaan memastikan bahwa karyawan merasa dihargai, terbuka untuk berkomunikasi, didengarkan aspirasinya, dan memiliki kesempatan untuk berkembang. Alhasil, serangkaian upaya pengembangan ini tidak hanya menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan dan keberhasilan jangka panjang perusahaan.