Terapkan Konsep Human Capital, Bikin Karyawan MUC
Punya Rasa Memiliki
Pernah mendengar istilah konsep Human Capital (HC) pada perusahaan?
Banyak perusahaan sudah mengadopsi konsep tersebut, salah satunya adalah MUC.
Ada banyak perubahan sejak MUC menerapkan konsep tersebut. Bagaimana awal
mulanya?
Pada 2017, usai acara tahunan Human
Capital National Conference (HCNC), manajemen MUC memutuskan untuk
menerapkan konsep Human Capital (HC) di lingkungan kerja. Konsep tersebut
dirasa cocok untuk diterapkan, karena salah satu nilai dari MUC adalah Humane Company, yaitu perusahaan
yang mengedepankan prinsip-prinsip humanis. Sebelumnya, MUC sama
dengan kebanyakan perusahaan lain, yaitu menerapkan konsep Human Resource
Department (HRD) dalam mengelola sumber
daya manusia yang dimiliki.
Tentunya ada perbedaan antara HRD dan HC. Tugas HRD terbatas pada mengelola kebutuhan administratif dan menyediakan sarana pengembangan bagi karyawan.
Mulai dari membayar
gaji, mengelola cuti, melakukan evaluasi
setiap divisi dan menyusun
program pelatihan untuk karyawan. Sedangkan, HC tidak sekadar mengelola urusan administrasi dan pemberian pelatihan bagi karyawan, namun juga turut memfasilitasi, mendampingi, ikut terjun melatih
dan membantu menyelesaikan permasalah karyawan agar berkembang sesuai dengan skill
dan potensi mereka.
Human Capital menggunakan tiga pendekatan yaitu coaching, counseling, dan mentoring.
Pendekatan ini berbeda dengan HRD, yang hanya menggunakan direction atau instruksi satu arah dalam menyelesaikan masalah. Dengan
tools utama HC yaitu kemampuan coaching,
counseling, dan mentoring tersebut,
pendekatan HC tidak lagi sebatas memberikan arahan.
Ketika Human
Capital Jadi Pilihan
Saat proses transformasi pada 2017, Direktur MUC Consulting Erry Tri
Merryta menceritakan bahwa nyaris tidak ada pro kontra pada saat itu. Pasalnya,
sebagian manajemen dan karyawan MUC sudah memiliki nilai humanis yang sama dan open minded terhadap perubahan
Kendati demikian, bukan berarti tidak ada kendala
saat awal masa transformasi. Proses yang paling sulit adalah mencari pemimpin yang menguasai
pendekatan coaching, counseling, dan mentoring. Selama enam tahun menerapkan
konsep HC, kendala tersebut kerap muncul. Tentu bukan perkara mudah mengganti kebiasaan dan pola pikir seseorang untuk melakukan pendampingan terhadap karyawan. Inilah yang menjadi tanggung jawab HC MUC, untuk menyiapkan para pemimpin yang memiliki kemampuan coaching,
counseling, dan
mentoring.
Penyesuaian berikutnya adalah menyelaraskan mindset setiap orang. Pernah muncul
komentar di kalangan karyawan, “Mengapa HC perlu ikut campur?” Padahal ketika
ada permasalahan intra divisi atau antar divisi, HC berperan sebagai hub atau
penghubung antar karyawan maupun divisi yang sedang berkonflik. Apa yang dilakukan HC ketika ada masalah pada
divisi? HC akan membuat forum yang mempertemukan pihak-pihak yang berkepentingan,
sehingga terbangun diskusi dan permasalahan dapat teratasi. Di
sinilah karyawan tersadar bahwa konsep HC yang diterapkan di MUC membuat
penyelesaian masalahan menjadi lebih cepat, serta memberikan pemahaman dan melatih karyawan agar mahir dalam menyelesaikan
permasalahan.
Hal lain yang perlu disesuaikan adalah bahwa semua keputusan manajemen
mengutamakan prinsip memanusiakan manusia. Human Capital memastikan semua
keputusan mulai dari treatment karyawan, keputusan pendisiplinan, pengaturan anggaran keuangan, sampai fokus pada investasi di aspek pengembangan karyawan, sesuai dengan prinsip Human Capital.
Human Capital melihat karyawan sebagai aset yang layak diinvestasikan.
Salah satu caranya adalah melalui pengembangan soft skill dan hard skill dengan pendekatan yang
bersifat lebih personal dan terarah. Langkah nyata usaha ini adalah penyediaan program pelatihan sesuai dengan
kebutuhan tiap karyawan, program beasiswa melanjutkan kuliah, pembentukan Unit Pelayanan Kesehatan Mental internal, dan lain sebagainya. Ini semua dilakukan karena HC MUC mempercayai jika karyawan berkembang, maka perusahaan atau organisasi juga akan ikut
berkembang.
Tentunya untuk meningkatkan kemampuan tersebut dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Perusahaan
harus menganggarkan dana khusus untuk pengembangan karyawan. Bagi perusahaan
yang mengadopsi konsep HC, biaya tersebut tidaklah dilihat sebagai beban pengeluaran semata, melainkan dipandang sebagai investasi jangka panjang. Hal ini jelas berbeda dengan konsep HRD
yang memandang karyawan sebagai beban dan sumber daya yang akan ‘habis’ jika
digunakan terus menerus. Sebaliknya, konsep HC melihat karyawan seperti investasi yang akan berkembang menguntungkan seiring
dengan upaya pengembangan yang dilakukan.
Sebagai perusahaan konsultan, produk yang dihasilkan MUC bukanlah
barang melainkan pengetahuan, yang mana apabila diasah akan semakin bagus dan
berkualitas. Sehingga, ketika Perusahaan
mendorong karyawannya untuk senantiasa mengasah pengetahuan, maka akan
menghasilkan layanan yang semakin berkualitas, dan tentunya akan meningkatkan nilai Perusahaan.
Beralih Ke Human
Capital, Karyawan MUC Punya Rasa Memiliki
Lebih kurang enam tahun MUC mengadopsi konsep HC dan ternyata besar manfaat yang didapatkan. Berikut manfaat yang MUC rasakan dengan mengadopsi pola pengelolaan Human Capital:
1. Sikap karyawan yang menunjukkan inisiatif dan punya rasa memiliki pada Perusahaan
Karyawan bukan sekadar patuh kepada atasan, akan tetapi bersedia untuk berjuang bersama Perusahaan. Tidak ada rasa apatis terhadap perusahaan, karena mereka merasa lebih dimanusiakan sehingga timbul rasa percaya dan nyaman terhadap Perusahaan.
2. Turnover lebih terkontrol
Banyak perusahaan saat ini mengalami turnover yang tinggi karena masuknya generasi Y dan generasi Z yang memiliki stereotip tidak mampu mampu bertahan lama di tempat kerja, sedangkan MUC nyaris tidak menghadapi masalah tersebut. Bagi gen Y dan gen Z, konsep HC membuat generasi tersebut diberikan kebebasan untuk menuangkan ide, pendapat, dan kreativitas mereka.
3. Program innovasi dan transformasi digital yang
masif
Konsep HC
membiasakan karyawan untuk didengar dan merasa aman untuk
menyuarakan pendapatnya. Hal ini tergambar dari program inovasi
MUC, dimana ide inovasi yang ada di MUC berasal dari buah
pemikiran karyawan. Karyawan dengan latar belakang divisi serta
jabatan yang beragam dengan sukarela meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga,
untuk merealisasikan ide yang mereka gagas, dengan tujuan memberi dampak bagi
kemajuan inovasi dan digitalisasi di Perusahaan.
Hal di atas bisa terjadi karena sikap manajemen yang senantiasa berusaha untuk membangun hubungan secara terbuka serta humanis. Alhasil, terbentuk hubungan manajemen dan karyawan yang harmonis, dan saling percaya, yang akan menjadikan karyawan merasa nyaman dan aman untuk berkarya dan berkontribusi untuk kemajuan Perusahaan. Hal ini tentunya akan membangun rasa memiliki karyawan terhadap Perusahaan. Peran Human Capital sangat besar untuk membangun pondasi dan menjebatani karyawan dengan manajemen Perusahaan. Pendekatan Human Capital adalah kunci sukses membangun ikatan tersebut.