News

Investasi Tinggi, Indonesia Jangan Lengah

 VIVAnews - Tingginya realisasi penanaman modal merupakan bukti ruang gerak investasi di Indonesia cukup menjanjikan. Selain itu, investor tertarik karena konsumsi Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Namun, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Destry Damayanti, mengingatkan pemerintah agar tak lengah, karena krisis global masih terus berlangsung. "Seberapa lama ekonomi kita mampu menampung dana ini," kata Destry di Jakarta, Selasa 23 Oktober 2012.

Dia pun menyarankan investasi yang masuk dialokasikan ke sektor infrastruktur, industri hilir, dan otomotif. "Momen pertumbuhan investasi itu masih ada, tapi kami juga harus waspada karena China makin melemah," katanya.

Untuk itu, investasi ke arah hilir harus terus dilakukan. Peran serta pemerintah juga diperlukan untuk mengembangkan sektor ini. "Sektor hilir memang biayanya lebih tinggi, dia harus bikin pabrik, sehingga marginnya lebih tipis, sehingga diperlukan peran serta pemerintah untuk memberikan insentif," katanya.

Realisasi investasi pada Januari hingga September 2012 mencapai Rp229,9 triliun, atau meningkat 27 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp181 triliun. Hingga akhir 2012, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan realisasi penanaman modal dapat mencapai Rp283,5 triliun.

Rupiah terlalu kuat
Bank Indonesia juga mengungkapkan akan membiarkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat untuk membantu defisit di neraca transaksi berjalan (current account), seiring dengan melambatnya perekonomian global.

"Ini yang kami kawal terus," kata Direktur Eksekutif Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Perry Warjiyo.

Kendati tetap membatasi intervensi di pasar valuta asing, bank sentral tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah tidak terlalu berfluktuasi. Perekonomian global yang melambat membuat defisit transaksi berjalan membengkak. (art)